AJU, AITA & AMA....AMAKANIE...!!!

12 October 2008

Ratusan Mama Penjual Sayur Datangi Kantor Walikota

Desak Pemkot Segera Bangun Pasar yang Layak
JAYAPURA- Ratusan mama penjual sayuran dan pinang dari berbagai lokasi menggelar aksi demo ke Kantor Walikota Jayapura, Jumat (10/10) kemarin. Mereka tiba di kantor walikota sekitar pukul 10.00 WIT dengan menggunakan kendaraan bus, truk, taksi bahkan ada juga yang berjalan kaki. Ratusan mama-mama penjual sayur dan pinang itu, berasal dari berbagai lokasi yakni di depan Gelael, Ampera dan pasar pagi di Paldam.
Seperti yang dilakukan para pendemo lainnya, mereka datang ke kantor walikota membawa pamflet dan spanduk, yang intinya meminta kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Jayapura segera membangunkan pasar yang layak untuk orang Papua di tengah kota.
Dalam orasinya, mereka juga mempertanyakan dana Otsus yang nilainya puluhan miliaran, tapi kenyataannya masih banyak orang-orang asli Papua yang hidup susah dan menderita. Jika memang benar dana Otsus itu untuk kesejahteraan orang asli Papua, mengapa pemerintah tidak bisa membangun pasar untuk orang Papua.
Sebaliknya, membangun mall dan pasar modern saja pemerintah mampu padahal pasar tersebut hanya dinikmati orang pendatang bukan orang asli Papua. Herannya lagi menurut mereka, walikota selama ini mampu membiayai Persipura yang nilainya puluhan miliaran, tapi mengapa membangun pasar yang nilainya Rp 5 juta saja tidak mampu.
Mereka mengancam, jika Pemkot tidak segera membangun pasar yang layak untuk orang asli Papua, mereka akan memboikot Pemilu, termasuk tidak akan mendukung walikota jika ingin menjadi gubernur, termasuk mama Kambu jika ingin mencalonkan diri sebagai Walikota Jayapura.
Demo ini sendiri sempat tegang. Awalnya, para pendemo diterima Sekda Kota Drs Yesaya Udam, namun mereka menolak dengan mentah-mentah kehadiran Sekda tersebut. Alasannya, mereka datang ke kantor walikota hanya ingin bertemu dengan walikota. Karena keinginannya bertemu walikota belum ditanggapi, mereka sempat meneriakkan agar walikota segera mundur.
Selang beberapa menit, Sekda kembali turun menemui pendemo sambil memberikan penjelasan bahwa walikota siap menerima mama-mama, namun hanya 25 perwakilan saja. Namun, mereka tetap bersikeras agar walikota turun langsung menemui massa sehingga situasi kembali tegang. Tak lama kemudian, walikota turun menemui mereka.
Sekadar diketahui, para mama-mama ini berkumpul berkumpul di Taman Imbi dan selanjutnya menuju ke kantor walikota, mereka menggunakan 2 bus dan sebagian naik Angkot. Seorang mama penjual sayur bernama Lekina Kogoya mengatakan, dirinya dan rekan-rekannya melakukan aksi ini karena sejauh ini Pemkot belum menyediakan pasar bagi mama-mama untuk berjualan. "Kami sudah menunggu lama, tapi janji walikota untuk membuatkan pasar belum ada realisasinya,"katanya kepada Cenderawasih Pos saat ditemui di Taman Imbi Jayapura, Jumat (10/10).
Senada dengan rekannya, seorang mama-mama penjual sayur lainnya, Welly Pikey mengatakan, di era Otsus ini, perhatian Pemkot Jayapura terhadap orang asli Papua masih kurang. "Buktinya sampai sekarang belum ada solusi yang baik untuk kami,"paparnya. Diungkapkan, dulu pernah ada informasi bahwa mama-mama penjual sayur akan diberikan tempat di sekitar Jalan Percetakan, namun hingga saat ini tidak ada tindaklanjutnya.
Menanggapi tuntutan mama-mama ini, walikota mengklarifikasi bahwa pihaknya tidak pernah menjanjikan untuk membangun pasar tradisional di pusat kota, sebab itu merupakan usulan dari mama-mama. Mengulang pernyataan yang telah disampaikan pada pertemuan 2004 dengan mama-mama pedagang ini, Walikota Kambu mengatakan, pemerintah kota tidak punya aset tanah di Kota Jayapura.
"Aset lahan di Kota Jayapura yang masih kosong, dikuasai oleh pemerintah provinsi seperti di PD Irian Bakti maupun Mesran, kota tidak punya aset di tempat itu,"jelasnya. Sementara itu, pengembangan pasar tradisional di pusat kota tidak mungkin karena tidak ada dalam rencana tata ruang kota. Menurut Kambu, tidak ada dalam tata ruang kota di mana pun, untuk pengembangan pasar tradisional di pusat kota. Namun begitu, sejauh ini pihaknya memang masih tetap mengizinkan mama-mama untuk berjualan di pusat kota, khususnya depan Galael.
Disamping kendala tersebut itu, Pemkot juga mengalami keterbatasan dana. Alokasi dana untuk pembangunan fisik ini juga banyak terserap untuk penyediaan sarana pasar ini, mulai dari pasar Hamadi, Dok IX hingga untuk pembangunan fasilitas pendukung pasar penyangga yang tersebar di sejumlah distrik. "Dana kami terbatas, kami berharap ada dukungan dari provinsi,"ujarnya.
Oleh karena itu menyikapi kendala tersebut, Walikota Kambu mengaku sedang mengajukan proposal ke Provinsi untuk mendapatkan dukungan lokasi lahan dari asset provinsi berikut dananya, untuk membangun pasar yang representatif bagi mama-mama Papua di pusat Kota Jayapura. "Kami dari pemerntah kota sedang ajukan proposal ini ke Pemerintah provinsi, kami harapkan dukungan doa dari semua mama-mama,"jelas Kambu yang bisa diterima baik mama-mama pedagang. (mud/api/tri)

No comments: