By Piri Ndobo
Dec 20, 2005, 07:41
Papua menjadi sebuah tanah Suci karunia Allah kepada Bangsa Papua yang menghuni pulau bagian Barat dari Papua New Guinea yang telah berdiri setelah dijajah oleh Kerajaan Inggris melalui Pemerintah Australia kala itu.
Papua Barat mempunyai persoalan yang sangat unik dan berbeda dengan bangsa lain di dunia baik dilihat dari aspek historis penemuan pulau Papua oleh orang Eropa dan juga manipulasi sejarah politik yang berdampak ratusan dan bahkan ribuan orang Papua telah tiada di negeri ini karena dampak dari pengaruh luar dan berbagai operasi-operasi represif dari militer Indonesia yang telah menguasai dan mencaplok wilayah itu sekitar 43 tahun silam.
Kelaliman manusia sebenarnya tidak abadi dimana hanya sebentar lagi akan tiada karena kelaliman itu juga yang akan melenyapkan manusia yang kadangkala egois, arogan, tidak bijak dan menjual tanah dan bangsanya kepada penjajah yang rakus seperti bangsa Indonesia yang selama ini hidup di daerah asalnya melarat terus ketika tiba di Papua Barat akan menjadi manusia kaya dan ambisius (sombong) karena dapat hasil apa yang ada di tanah Papua. Identitas diri tercabut karena terlena dalam tawaran Jakarta yang menggiurkan bahkan yang lebih sadis adalah bukan dirinya yang terlena tetapi menjual tanah warisan Tuhan dan nenek moyang bangsa Papua kepada Jakarta yang rakus dan membantai habis orang Papua demi penguasaan kekayaan alam yang berlimpah ruah di Tanah Papua Barat.
Penggenapan Pesan Nabi
Tangisan dan air mata ibu-ibu janda, anak-anak yatim piatu yang kehilangan ayah mereka karena dibunuh oleh militer Indonesia dengan alasan pembangkang atau kontra NKRI yang disakralkan Indonesia suatu kelak akan terbukti dimana kebenaran dan keadilan akan datang juga dan siapa yang menjual tanah ini dan berpesta-pora atas penderitaan rakyat Papua akan mati pelan-pelan dan bukan dibunuh oleh orang Papua pakai senjata api tidak tetapi seleksi alamlah yang akan menyatakan kebenaran dan keadilan itu bagi orang Papua yang kehilangan hak hidup, hak merdeka, hak untuk hidup tentram dan hak untuk memenuhi bumi Papua seperti Firman Allah. “Siapa yang bekerja dengan jujur di tanah ini ia akan memperoleh dari tanah heran yang satu ke tanah heran yang lainnya”Apa yang disampaikan oleh Iskjine dan Ottow&Geissler ketika memberitakan Injil Kebenaran di Tanah ini menjadi kenyataan (penggenapan pesan nabi Tuhan).
Kehebatan dan kesombongan manusia di dunia untuk menindas dan membunuh umat Tuhan yang lain hanya karena kepentingan jabatan politik, uang dan kesenangan dunia lainnya akan mati perlahan-lahan apalagi sudah pernah berjanji untuk berjuang bagi tanah Papua tetapi berbalik ke Indonesia dan mengkianati penderitaan dan perjuangan rakyat maka menerima resikonya.
Para pejabat Papua yang sombong dan rakus akan uang RI, Jabatan RI dan membunuh dan memfitnah rakyatmu sendiri bertobatlah supaya jangan sama dengan Nathaniel Kaiway, SH, Drs J.P Salossa, M.Si, Golda Aronggear, SH dan besok giliran bagi Philemon Erari, Willy Mandowen, Frans Wospakrik, David Hubi, Agus Kafiar dan Berth Kambuaya serta beberapa orang Papua lain yang sangat Indonesianis dan melanggengkan kepentingan Jakarta selama ini diatas penderitaan dan sengsaranya orang Papua selama ini.
Keterangan singkat bagi beberapa orang diatas tercatat dalam sejarah perjuangan orang Papua bahwa Nathaniel Kaiway (Mantan Ketua DPRD Irian Jaya) kala itu ketika dalam operasi Matoa 7 Desember 2000 anak-anak sekolah dan masyarakat tidak berdosa dibunuh dan disiksa pergi berpesta-pora di Timika bersama anggota Muspida lainnya ke Timika untuk menikmati ampas-ampas Freeport alam Papua mengambil mereka dalam pesawat Cassa 250 milik AL jatuh di Silimo tempat anak-anak Pegunungan Tengah yang dibunuh dan dibantai peristiwa Abepura berdarah kala itu, Drs. J.P. Salossa, M.Si
(Gubernur Papua) tanggal 26 Februari 1999 tanda tangan bersama Tim 100 di Jakarta untuk keluar dari NKRI tetapi apa yang terjadi kembali ia menjual diri dan menjual rakyat baru jadi gubernur Papua dan melegalkan Undang-Undang Otsus lawan dari Perjuangan Papua Merdeka oleh Rakyat lalu berpoya-poya dengan uang Otsus kesana-kemari selain bangun kerajaan kecil di negeri seberang dan memecah-belah kesatuan dan persatuan 250-an suku bangsa di Papua dengan Sorongisasi atau SOS alias semua orang sorong di birokrasi Papua serta menentang keras perjuangan pelurusan sejarah Papua untuk menentukan nasib sendiri bagi bangsa Papua serta terakhir menyangkal peristiwa Kelaparan dan Musibah Kematian 55 orang warga di Kabupaten Yahukimo bahkan beraninya memukul seorang wartawan METROTV. Dengan kapasitasnya sebagai Gubernur aktif menggunakan uang Otsus yang sebenarnya meningkatkan kesejahteraan rakyat menggunakan kampanye politik PILKADA tahun ini membuat ia telah meninggal tadi malam.
Golda Aronggear salah satu orang yang memanfaatkan Foker LSM untuk membantu mensosialisasikan pelaksanaan Undang-Undang Otsus yang jelas-jelas ditolak rakyat bekerja di LSM “plat merah” seperti Foker yang lebih banyak orientasinya uang dan popularitas pribadi bukan kepentingan rakyat sesungguhnya mati juga seperti Roberth Sitorus (mantan Ketua DPRD) Provinsi Papua yang menolak bukti-bukti pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat Jila, Bela, Alama, Mapnduma dan Tsinga-Hoya didepan Ribuan Demonstran di Gedung Wakil Rakyat mati pingsan dan lewat seperti kemarin sikap tegas dan tidak beralasan marah-marah di Kantor KPU yang melegalkan kepentingan Salossa dan menolak kebenaran dari suara mayoritas rakyat yang menyatakan ketidakadilan dan inskontitusional dari proses pencabutan no urut PILKADA (Gubernur) pulang langsung pingsan dan mati jadilah koreksi dirilah jangan klaim diri pemimpin tanpa memperhatikan pendapat dan permintaan rakyat.
Dan masih banyak lagi orang Papua yang tidak benar di negeri ini untuk mengklabui rakyat akan mati satu-satu dan semua peristiwa itu tidak bisa dikatakan ini dan itu rencana Tuhan karena Tuhan sudah kasih hikmad dan akal sehat kita untuk membela dan berjuang untuk orang yang sedang menderita akibat kelalaian dan kelaliman manusia yang tidak memiliki hati nuraninya memberikan rasa simpati dan peduli kepada nilai-nilai kemanusiaan yang dihajarkan Tuhan Yesus Kristus sebagai Revolusioner Dunia I di jagat ini.
Ada sederet nama seperti Agus Kafiar, Frans Wospakrik, Philemon Erari, Frans Maniagasi, David Hubi, Demianus Ijie, David Obadiri, Octovianus Abraham Ataruri dan Decky Asmuruf serta Willy Mandowen yang selama ini menjadi agen Jakarta dan mengatasnamakan rakyat Papua kepada Jakarta dan penjilat FREEPORT, BP/LNG dan Pemerintah Indonesia akan mati dalam waktu dekat kalau masih mengabaikan penderitaan dan perjuangan rakyat Papua lalu bermain api kasihan akan mengalami nasib yang sama. Waspadalah dan mau bertobat dan meminta ampun kepada Rakyat Papua dan Tanah Papua Barat atau Tidak itu pilihan terakhir kalau mau hidup lama.
Pembalasan tidak dengan senjata api oleh rakyat di Papua tetapi hanya dengan doa dan air mata akan mengikuti setiap langkah anak negeri yang mengemban visi dan misi perjuangan rakyat tidak terlepas dari ko pegawai negeri atau swasta walaupun ko mengakui seribu kali bilang ko juga anak asli Papua Barat tetapi selama hati kamu tidak asli dan menyingkirkan anak-anak negeri ini yang mengemban visi dan misi pergumulan dan perjuangan rakyat maka matikutulah Yudas-Yudas Iskariot yang menjual Tanah dan Harga Diri Bangsa Papua sebagai umat Ciptaan di negeri Perjanjian mereka***
NB:l
Kalau anda yang merasa telinga panas dengan ulasan ini kirimkan komentar anda dan berikan hasil observasi anda terhadap setiap manuver dan perbuatan anak negeri dengan bukti-bukti yang jelas supaya kami korekasi hasil pengamatan kami dalam tulisan ini.
Email: pirindobo@yahoo.com
+++++++++++++++++++++++++++++++++
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment