JAYAPURA- Aktivitas perkuliahan di Kampus Universitas Cenderawasih (Uncen) Waena, Kamis (20/11) kemarin, terhenti. Itu, menyusul aksi pemalangan yang dilakukan mahasiswa sendiri di pintu utama menuju kampus. Akibat pemalangan itu, para pembantu rektor, para dekan, pembantu dekan, para dosen dan para mahasiswa yang akan masuk ke kampus terhenti di pintu gerbang.
Pemalangan yang dimulai sekitar pukul 08.00 WIT itu, sebenarnya tidak sepenuhnya didukung para mahasiswa. Pasalnya, aksi pemalangan itu sebagian besar hanya dilakukan kalangan mahasiswa dari Fakultas FISIP. Mereka kecewa, atas tidak efektifnya proses belajar mengajar di kampus akibat banyak diantara dosen tidak melaksanakan tugas mengajar.
Namun, karena orasi-orasi yang disuarakannya mulai menyinggung soal kebijakan-kebijakan kampus yang tidak berpihak kepada mahasiswa seperti mahalnya biaya SPP, SPF (Sumbangan Pendidikan Fakultas) dan uang praktek, akhirnya aksi mereka mendapat dukungan mahasiswa dari sejumlah Fakultas.
Mahasiswa yang tadinya hanya duduk-duduk dan berdiri di luar aksi pemalangan, akhirnya mereka ikut bergabung dan saling bergantian dalam membawakan orasi. Dalam orasinya yang dilakukan silih berganti itu, mereka mengkritik kinerja lembaga Uncen sebagai lembaga pendidikan yang dinilai tidak maksimal dalam menciptakan kualitas lulusan Uncen.
Uncen dinilai sudah mulai meninggalkan tugas utamanya sebagai pencetak generasi intelektual di Papua. Sebaliknya, Uncen saat mulai masuk wilayah politik dan proyek dengan dibukanya kelas-kelas pararel di sejumlah daerah yang mengakibatkan para dosen cenderung lebih memilih mengajar di daerah yang ada uangnya ketimbang mengajar di kampus.
" Berdasarkan pengamatan kami banyak persoalan di kampus Uncen mulai jadwal perkuliahan yang tidak efektif, dosen meninggalkan tugas, penerimaan pegawai yang tidak memperhatikan putra Papua hingga tidak diakomodirnya kegiatan-kegiatan mahasiswa, baik oleh senat mahasiswa maupun pembantu rektor dan pembantu dekan yang membidangi kemahasiswaan. ," ujar Ketua Koalisis Mahasiswa Peduli Pendidikan Uncen, Natan Pekey dalam orasinya yang diiringi yel-yel hidup mahasiswa berulang-ulang.
Selain itu, mahasiswa juga kecewa dengan kinerja para dosen yang tidak melaksanakan tugasnya dengan baik, dimana mereka sering meninggalkan tugas di kampus. Untuk memenuhi jadwal mengajar, dosen sering kali membebankan kepada asistennya, pada hal mereka belum lama diterima di Uncen sehingga pengalaman mengajarnya belum memadai.
Mahasiswa sebenarnya tidak mau menyalahkan orangnya, tapi system yang diterapkan di kampus tidak efektif seperti system akademiknya. Dimana yang berjalan selama ini proses belajar mengajar di kampus tidak efektif. Dengan kondisi seperti ini, pihaknya minta pihak rektor segera melakukan perubahan untuk menyelamatkan fungsi Uncen sebagai lembaga pendidikan sesungguhnya.
Dalam aksinya itu, mereka mengancam tidak akan membuka palang sebelum Rektor hadir untuk menemui mereka. 2 jam kemudian, Rektor Uncen Prof. Bert Kambuaya, MBA tiba di lokasi dan langsung menemui para mahasiswa.
Di depan para mahasiswa yang melakukan pemalangan, Rektor sangat menyesalkan aksi pemalangan itu. Sebab, aksi pemalangan itu tidak mencerminkan sebagai seorang mahasiswa dan dinilai tidak santun dalam memperlakukan rektornya sendiri. Jika ingin melakukan aksi, seharusnya dilakukan di halaman rektorat yang tempatnya cukup luas. Sebab, jika dilakukan dengan cara pemalangan seperti ini, jelas sekali akan mengganggu aktivitas lainnya.
Seharusnya, jika ingin menyampaikan sesuatu ada jalur atau struktur organisasinya. Sebab, untuk apa ada senat mahasiswa di tingkat program studi, jurusan dan Fakultas jika organisasi itu difungsikan.
Menurut Rektor, mengenai dosen-dosen yang meninggalkan tugas pokoknya, pimpinan sudah memberikan teguran, termasuk memperhentikan dosen yang tidak mengindahkan surat teguran, termasuk juga para dosen-dosen yang melaksanakan studi lanjutan diluar waktu yang ditentukan.
" Aturannya studi S2 batas waktunya hanya 2 tahun, sedangkan S3 bisa 4- 5 tahun. Bagi dosen-dosen yang melampaui batas waktu, kami telah melakukan teguran dan banyak dosen telah membuat surat pemberitahuan tentang waktu penyelesaian," ujarnya.
Berkaitan dengan kelas-kelas pararel di sejumlah daerah, menurut Rektor itu bukan program Uncen, tapi merupakan permintaan para bupati untuk memenuhi jumlah guru-guru di daerahnya.
Begitu halnya dengan penerimaan dosen, itu bukan kewenangan Uncen. Sebab, Uncen adalah lembaga structural dimana semua kewenangan penerimaan dosen diatur dari Jakarta. Uncen sifatnya hanya melakukan test, sementara hasil atau penentuan kelulusan ditentukan dari Jakarta.
Menurut dosen, sesuai Permen Diknas kemampuan atau kompetensi dosen asli putra Papua masih minim atau jauh dibawah standar. Apalagi, sesuai aturan yang ada dosen PTN minimalnya harus S2, sementara dosen S2 asli Papua jumlahnya sangat minim. Namun begitu, dirinya telah memperjuangkan ke pusat agar di Papua ini diberikan kekhususan, terutama mengenai standar kompetensi penerimaan dosen asli Papua.
Selain itu mengenai biaya SPP menurut Rektor, dari sekian PTN biaya SPP Uncen termasuk yang paling murah di seluruh Indonesia. Karena mahasiswa jangan protes, jika fasilitas di kampus minim mengingat minimnya anggaran yang dimilikinya. Dari hasil pembayaran SPP mahasiswa yang disetor ke pusat dan dikembalikan ke Uncen, total anggaran yang dimiliki hanya sekitar 8- 10 M setiap tahun.
" Dengan anggaran sebesar itu maka belum cukup memenuhi kebutuhan mahasiswa seperti ketersediaan layanan IT ( informasi tehnologi), layanan data on line dari setiap mahasiswa serta penunjang belajar lainnya. Dengan anggaran yang minim ini, saya sendiri binggung sementara banyak keinginan-keinginan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas Uncen," paparnya.
Setelah diberikan pemahaman secara gamblang, akhirnya mahasiswa paham dan menerima penjelasan itu. Namun begitu, untuk menindaklanjuti aspirasi mahasiswa itu, Rektor akan melakukan pertemuan dengan seluruh dekan terkait apa yang disuarakan para mahasiswa.
Beberapa menit, setelah aksi pemalangan usai dan para mahasiswa mulai membubarkan diri, tiba-tiba ada seorang mahasiswa yang juga nota bene mantan ketua senat Uncen Yanto berusaha masuk ke Kampus Uncen mengambil jalur jalan yang salah, sehingga nyaris menabrak seorang mahasiswa.
Atas ulahnya itu, para mahasiswa spontan emosi dan langsung mengeroyoknya. Sadar keselamatannya terancam, Yanto yang juga mahasiswa FE semester akhir ini berusaha melarikan diri, namun tetap dikejar mahasiswa lainnya.
Dalam pengejaran itu, mahasiswa berhasil mendekatinya sehingga dia kembali menjadi bulan-bulanan aksi pemukulan dari mahasiswa sendiri. Dalam aksinya itu, bahkan ada yang memukulnya dengan balok dan batu. Akibatnya, leher dibagian belakangnya mengalami luka robek cukup serius hingga mengeluarkan banyak darah.
Tidak terima dengan perlakuan itu, Yanto berusaha membalas dengan memukul rekannya. Saat itulah tiba-tiba sejumlah mahasiswa terlibat adu jotos dan saling lempar batu sambil kejar mengejar. Terhadap insiden itu, Yanto didampingi teman-teman melaporkan kejadian itu untuk diproses lebih lanjut.
Kapolsekta Abepura AKP Dominggus Romarupen, S.Sos saat dikonfirmasi membenarkan laporan tersebut. Untuk menindaklanjuti kasus tersebut, penyidik telah memanggil tiga orang saksi, termasuk saksi korban untuk memberikan keterangan. " Pelaku pemukulan maupun pengeroyokan masih dalam penyelidikan. Saat ini masih sebatas pemeriksaan sejumlah saksi-saksi yang melihat langsung peristiwa tersebut," ujar Kapolsekta kepada Cenderawasih Pos, kemarin. (mud)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment