JAYAPURA- Pelayanan Rumah Sakit (RS) Jiwa Abepura, Rabu (19/11) lumpuh. Hampir semua tenaga medis dan pegawai di RS tersebut menghentikan aktivitasnya termasuk pelayanan kepada pasien. Selain itu, mereka juga enggan menerima pasien yang ingin menjalani pengobatan dan perawatan di tempat tersebut.
Akibat tidak efektifnya pelayanan di RS tersebut, hampir sebagian pasien yang selama ini telah menjalani perawatan terpaksa dikembalikan ke keluarganya masing-masing. Dari pantauan Cenderawasih Pos di RS itu, di setiap pintu-pintu bangsal pasien dan ruang pelayanan tampak ditempel pamflet berukuran besar yang isinya, sebuah pengumuman ditujukan kepada seluruh masyarakat Kota Jayapura dan sekitarnya bahwa untuk sementara pelayanan administrasi dan medis di RS Jiwa ditutup sehubungan dengan Direktur RS Jiwa dr Ferry Geddy, DPH, MM yang tidak mau turun dari jabatannya padahal telah diberhentikan oleh Gubernur Papua 31 Juli Agustus 2008.
Berkaitan dengan hal itu, pelayanan administrasi dan medis RS Jiwa akan dibuka kembali apabila ada nota dinas PLH direktur sementara sambil menunggu menunggu direktur definitif dari Gubernur Papua.
Kasie Perawatan RS Jiwa Abepura yang juga koordinator aksi mogok Daniel Simunapendi, SKM mengatakan, aksi mogok pelayanan ini sebagai wujud kekecewaan seluruh pegawai RS Jiwa terhadap arogansi Direktur RS Jiwa yang tidak mau turun dari jabatannya.
"Sesuai SK Gubernur Papua No 821.2-2543 tentang pengangkatan dalam jabatan fungsional dokter terhitung sejak 1 Agustus dr Ferry Gedy telah diperhentikan dari jabatan Direktur RS Jiwa Abepura dan kembali menempati jabatan fungsional semula sebagai dokter madya. Tapi, kenyataannya sampai sekarang ini dia tidak mau turun dari jabatannya,"ujarnya penuh kesal.
Parahnya lagi kata dia, hampir seluruh tenaga medis dan pegawai RS Jiwa tidak ada yang tahu, jika dr Ferry Gedy sudah diperhentikan dari jabatannya sebagai direktur.
Hampir 3 bulan lebih, masyarakat dan seluruh pegawai RS Jiwa telah ditipu oleh keabsahan dr Ferry Gedy sebagai direktur RS Jiwa. Herannya, permasalahan yang terjadi di RS Jiwa tidak pernah mendapat respon dari Pemerintah Provinsi.
"Yang jelas kami sudah tidak tahan lagi dengan suasana kerja yang penuh dengan kepalsuan. Apalagi selama 2 tahun menduduki direktur tidak membawa perubahan terhadap pelayanan RS Jiwa. Hampir semua pelayanan, baik pelayanan anggaran, birokrasi dan pelayanan-pelayanan lainnya tidak berjalan maksimal,"harapnya.
Ditambahkan, sebenarnya sejak dia masuk di RS Jiwa menjadi direktur sudah bermasalah sehingga kehadirannya tidak diterima pegawai. Hanya saja, sikap para pegawai saat itu tidak ditanggapi dan terkesan memaksakan diri menjadi direktur.
Tidak itu saja, selama menjabat 2 tahun, pegawai sulit untuk berkomunikasi dengan pimpinan dikarenakan selama ini tidak pernah ada di tempat. Sering kali pegawai ingin minta tandatangan surat-surat, tapi yang bersangkutan tidak pernah ada di tempat, selalu pergi ke Jakarta.
" Tuntutan kami hanya satu direktur yang lama segera turun dari jabatannya karena SK pemberhentian dari gubernur sudah turun 3 bulan lalu dan segera ditunjuk direktur baru yang memiliki kemampuan dan kompetensi sesuai kebutuhan RS Jiwa. Jika tuntutan ini tidak ditanggapi, maka pelayanan RS akan ditutup sampai ada penunjukkan direktur yang baru," ancamnya.
Sementara itu, Direktur RS Jiwa dr. Ferry Gedy, DPH, MM saat hendak dikonfirmasi Cenderawasih Pos terkait aksi tersebut tidak berada di kantor.(mud)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment